Naskah Drama Komedi SD : Nyanghareupan Pere Sakola
Tak hanya orang kota, orang kampungpun kalau mau liburan sekolah suka punya rencana. Seperti rencana liburan Arie, Rifki dan Apip, tiga orang anak Sekolah Dasar Cipriangan Sukalarang Sukabumi. Namun rencana liburan apakah yang telah mereka susun. Mau pergi kemanakah mereka, lalu apa sajakah kendalanya. Mari ikuti kisahnya dalam Drama Nyanghareupan Pere Sakola (Menghadapi Liburan Sekolah). Drama ini ditulis dalam Bahasa Sunda, karena drama ini lebih ditujukan untuk penonton yang sebagian besar berbahasa Sunda.
Arie keluar kelas dengan amplop di tangan. Rupanya dia baru dibagi tabungan. Arie segera menghitungnya. Baru saja selesai, Rifki datang dan menanyakannya. Dapat lima juta, jawab Arie. Rifki kaget, gede banget, katanya. Tapi sayang, jawab Arie lagi. Nolnya hilang satu. Rifki tak mau kalah. Sejuta tentu lebih besar. Kini Arie memuji teman akrabnya itu. Tapi sayang, jawab Rifki. Angka satunya hilang. Ini artinya Rifki tak dapat sepeserpun. Jelas saja, kata Arie. Kerjaanmu jajan melulu. Pagi-pagi udah nongkrong di Mang Fuad, tukang cilok (baso dibuat dari aci sagu).
Saat Arie dan Rifki asyik ngobrol soal tabungan, Apip muncul. Dengan kaca mata hitam dan bergaya orang asing, Apip bicara dengan Bahasa Inggeris. Enibodi hoy (maksudnya anybody home). Arie dan Rifki kaget dengan ulah Apip. Jangan-jangan Si Apip sudah gila, pikir keduanya. Lebih kaget lagi saat Apip maju beberapa langkah. Sambil mengulurkan tangan, Apip ngomong, My name is Apip. Rifki segera bertanya, apa yang telah terjadi pada Apip. Namun Apip menjawab, I am speaking English. Berikutnya Apip ngomong, you are my friends.
Arie dan Rifki memuji Apip dan bertanya artinya. Dasar bodoh, kata Apip. Katanya kelas empat, tapi enggak ngerti. Dengan gagah, Apip menerangkan artinya. Anybody home artinya ada siapa di dalam. My name is Apip artinya namaku Apip. I am speaking English artinya saya berbahasa Inggeris. You are my friend artinya kamu adalah temanku. Tapi kenapa kami menjadi temanmu, keduanya kaget. Bukannya kamu sudah naik kelas ke kelas enam. Aku enggak naik kelas, bisik Apip. Takut kedengaran penonton. Ngomong aja Bahasa Inggeris, sekolah enggak naik, cemooh Rifki.
Rifki dan Arie penasaran, kenapa Apip enggak naik kelas. Pasti karena bodoh. Bukan bodoh, hardik Apip. Tapi aku masih betah banget di kelas lima. Keduanya enggak ngerti dengan alasan itu. Alasan lain, karena Apip ingin punya teman baru. Sebab kalau naik kelas berarti temanku hanya itu-itu saja, sedang bila enggak naik, aku dapat teman baru. Satu lagi, alasan Apip. Kenapa aku enggak naik kelas. Karena guru kelas lima masih senang sama aku. Coba kalau tidak senang, pasti guru itu menaikan aku. Makanya turuti akau. Dasar borokokok, kata keduanya.
Kemudian ketiganya bicara soal rencana liburan sekolah. Arie sebenarnya ingin ke Jakarta untuk menemui pamannya. Tapi tidak diijinkan oleh bapanya, dengan alasan. Pertama, sekarang musim penculikan. Kedua, sekarang juga banyak teroris. Dan ketiga, sekarang banyak bom yang meledak. Dengan keterbatasan pengetahuan, mereka mengartikan lain. Termasuk arti teroris. Kalau Apip mengartikan teroris sebagai tukang telor, karena bunyi hurupnya tak jauh. Kalau Rifki mengartikan tukang maling duit rakyat. Hanya Arie yang tahu persis artinya.
Rifki juga ingin seperti Arie. Dia ingin melihat jalan tol, mobil mewah, kereta api, gedung-gedung tinggi dan keanehan lainnya di kota besar. Tapi Rifki tidak mau pergi kemana-mana. Selain tidak punya uang juga takut dengan penculikan, teroris dan bom. Terus dimana kamu bisa melihat semua itu, tanya Arie. Ya di tivi aja, jawab Rifki polos. Kalau begitu, sama denganku, kata Arie. liburan kamu enggak pergi kemana-mana, alias di rumah aja. Aku pikir kamu mau pergi ke Jakarta.
Kata Apip, kalau liburan tinggal di rumah enggak asyik. Karena itu dia mau pergi jauh. Rifki dan Arie kaget dan bertanya, memang kamu mau kemana. Mana mungkin Apip bisa pergi jauh. Aku mau ke Nenggeng, katanya. Sebuah tempat yang tak jauh dari rumahnya. Kalau ke Nenggeng enggak jauh, kata Rifki. Tapi menurut Apip, tempat itu jauh. Buktinya, waktu ke haol bulan lalu (Haol itu tepung tahun wafatnya pendiri pesantren. Di sana diadakan pasar kaget sepanjang 1 km hingga ke Nenggeng), ibuku kelelahan. Sampai di rumah langsung pingsan. Terang saja, kata Rifki. Habis ke haolnya tiap malam. Memang di haol, ibu kamu beli apa, tanya Rifki lagi. Enggap beli apa-apa, jawab Apip. Cuma lihat-lihat saja. (Usni Arie Juli 2010)
Naskah Drama Komedi : Arjuna Cari Cewek
Sedih memang jadi jomblo. Malam minggu sendiri. Paling banter juga nongkrong bareng di pinggir jalan, sambil bermain gitar dan godain anak tetangga, tapi enggak nyantol-nyantol. Kalaupun jalan bukan sama cewek, tapi bareng sama cowok. Seperti yang dialami Arjuna, cowok berwajah lucu, dengan kulit hampir item dan bertubuh pendekar, alias pendek dan kekar. Bukan Arjuna tidak berusaha, sudah, tapi enggak pernah sukses. Alias enggak laku-laku.
Lebih sedih lagi Emak, ibunya Arjuna. Selain sedih karena anak satu-satunya itu sendiri terus, Emak juga ingin segera meninang cucu. Karena itu Emak memaksa Arjuna agar cepat-cepat punya cewek, alias pacar. Apapun akan dilakukan. Mendapat dukungan Emak, Arjuna senang bukan main. Dia berjanji akan melanjutkan usahanya. Namun apa yang terjadi. Inilah inti cerita dari Drama Emak Cari Mantu. Drama ini berdurasi 30 – 45 menit. Brikut ringkasan ceritanya.
Seorang wanita tua duduk di kursi kayu. Dengan reflek, jari-jari tangannya melipat daun sirih. Setelah agak bulat daun sirih itu dimasukan ke dalam mulutnya. Bibirpun bergerak ke atas bawah dan ke samping kiri dan kanan. Tak lama dari mulutnya keluar cairan merah, diiring dengan sirih itu, yang memang belum hancur betul. Segera jaripun memasukan lagi sirih itu ke dalam mulut dan melumat kembali. Sambil melumat, wanita yang sudah lama ditinggalkan suami itu membereskan tempat sirih.
Tiba-tiba terdengar seseorang memberi salam. Dari balik pintu muncul Arjuna, dengan sarung di pinggang dan peci di kepala. Baru saja dia shalat magrib di mesjid. Arjuna sudah tahu kebiasaan Emaknya. Karena itu, dia tidak memperdulikannya dan langsung mendekati meja belajar. Baru saja mau duduk, Emak memanggil dan memintanya duduk di kursi. Ada sesuatu yang ingin disampaikan. Arjuna agak kaget, karena tidak seperti biasanya. Karena sangat sayang, diapun tak bisa menolaknya.
Dalam kesempatan itu, Emak menanyakan soal pacar. Karena selama ini Arjuna belum pernah sekalipun membawa pacar. Padahal udah mau naik ke kelas 3 dan setahun lagi lulus SMA. Emak iri sekali melihat, Darman anak tetangganya suka bawa pacar ke rumahnya. Senang sekali, katanya jika punya calon mantu. Bagai petir disiang bolong. Arjuna kaget bukan main. Karena selama ini, bukannya dia tidak mencari cewek, sudah berkali-kali berusaha, tetapi memang selalu gagal, alias selalu ditolak. Orang bilang, belum pacaran, sudah putus.
Emak mengerti dengan hasilnya itu. Memang keadaan diri anaknya berbeda dengan anak-anak yang lain. Ya namanya juga takdir. Tapi jangan khawatir, katanya. Emak akan membantu mencari cara agar Arjuna bisa mendapatkan pacar. Apapun caranya. Emak akan meminta bantuan sama orang bisa. Yang penting Arjuna mau melaksanakannya. Cara itupun disambut gembira oleh Arjuna. Selain ingin selalu membahagiakan wanita yang telah melahirkannya, memang dia juga benar-benar ingin memilikinya.
Beberapa hari kemudian, Emak memberikan sebuah kalung. Bukan kalung emas, tapi kalung benang. Bukan bergantel permata, tapi kain putih yang dilipat kecil. Benar saja, kalung itu sangat jitu. Baru saja sampai di sekolah, Mirna kecantol. Siang harinya, cewek berparas manis ini bersedia dibawa ke rumah Arjuna. Tentu saja Emak senang sekali dan tertawa lebar. Namun apa yang terjadi. Mirna lari terbirit-birit, karena melihat gigi dan bibir Emak yang merah, kaya Nenek Lampir. Emak sih ketawa, keluh Arjuna.
Emak tak putus asa. Sekantong serbuk lada diberikan pada Arjuna. Pagi-pagi sekali Arjuna pergi ke sekolah. Kebetulan ruang kelas masih sepi. Hanya ada beberapa orang siswa saja yang sudah menyimpan tas. Tanpa pikir panjang, Arjuna membubuhkan serbuk lada itu di bangku Hani. Waktu belajar Hani merasakan sesuatu di tubuhnya. Cewek cantik itu tidak bisa diam, geser ke kiri, geser ke kanan, hingga akhirnya menjerit sambil memegang pantat, membuat seisi kelas tertawa. Celaka ulah Arjuna ketahuan. Beberapa bogem mendarat di mukanya, berikut hukuman dari gurunya.
Emak masih penasaran. Sebuah cincin diberikan pada anaknya. Katanya sih cincin combong. Arjuna juga belum kapok, cuma dia agak hati-hati. Baru masuk sekolah tidak langsung beraksi, tapi melihat situasi dulu. Takut kejadian lalu terulang lagi. Baru agak siangan, dia memulai. Saat praktek, cewek-cewek berkerumun memperhatikan gurunya. Saat itulah dia beraksi. Cincin itu colekan ke pantat Hilda. Merasa ada yang mencolek, Hilda berang. Cewek tercantik itu, membalikan tubuhnya. Sebuah tamparan mendarat di pipi Arjuna. Arjuna tercengang. Bukan karena tamparan, tapi malunya itu.
Untuk terakhir, begitu kata Emak. Begitu juga kata Arjuna. Sekantong serbuk garam halus. Bila gagal, sudahlah pasrah saja dengan takdir. Berbekal tebal muka, karena peristiwa beberapa hari lalu Arjuna pergi juga ke sekolah. Tidak ada jam belajar, tapi ada pesta kecil di kelasnya. Beruntung Arjuna punya kesempatan untuk membubuhkan serbuk garam itu ke dalam minuman. Dia berharap, Mona yang meneguk minuman itu. Namun harapan itu kandas, malah Dewi yang neguk. Dan akhirnya cewek gembrot itu yang nyantol dan ikut ke rumah. Dewi tidak takut dengan gigi dan bibir merah, karena sering melihatnya. Tak apalah Mak, kata Arjuna. Punya calon mantu tetangga juga. Mungkin dialah jodohku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar