Selasa, 13 Juli 2010

Cerpen pendidikan

PERJALANAN JOE DAN DOA EMAK

by: Adynda

Panas terik matahari begitu menyengat kulit tubuhku tak terkecuali kulit rambutku yang semakin lama semakin panas dan membuat kepalaku tampak berkilauan bak berlian dari Swedia. Ya begitulah rambutku yang botak hanya tersisa rambut depannya saja ya boleh dibilang seperti rambut kuncung begitu. Aku baru memangkas rambutku kira-kira seminggu yang lalu. Tak perlu salon mahal atupun salon ternama cukup emakku saja yang memotong rambut kepalaku dengan alat seadanya. Krek-krek rambutku dipotong dengan cepat dan tangkas layaknya Paryati seorang pemilik salon ternama didesaku. Sekejap tanpa sekedipan mata jadilah potongan rambut yang ok seperti rambutku ini. Perkenalkan namaku Sutarjo, tapi teman-teman bermainku, aku suruh mereka memanggil Joe supaya lebih keren dan lebih gaul seperti orang metropolis.

Sekarang ini aku dan kedua teman-temanku baru pulang dari sekolah, kedua temanku itu namaya Tedi Alamsyah atau yang lebih sering dipanggil Edi dan Riyadi Santoso alias Adi. Kami semua berjalan kaki tak satu pun dari kami yang naik angkutan umum. Walaupun begitu, kami semua tidak merasa capek meski bisa dikatakan jarak antara sekolah dan rumah kami jauh. Kami semua menikmati perjalanan kami karena semua senang sambil bercanda. Kami satu SMA di SMA Bangun Negeri 07. Satu per satu dari kami tiba di rumah masing-masing. Adi tiba di rumahnya, dengan cat warna hijau pada temboknya rumah Adi tampak asri. Begitu juga dengan Edi yang sebentar lagi akan sampai di rumahnya. Cat pagar warna merah sudah terlihat berarti Edi sudah sampai di rumahnya. Rumah Edi temboknya bercat putih dan warna merah memoles pagar besi rumah Edi yang menjulang tinggi ke atas kira-kira 2 meter.

Kini tinggal aku yang berjalan sendiri, memang dari kedua temanku hanya rumahku yang terjauh, kira-kira 2 km lagi aku baru sampai di rumahku. Terlihat rumahku di pojok sana, kecil, beratapkan papan, berdidingkan gedeg dan beralaskan tanah. Namun banyak cinta kasih sayah di dalamnya. Akhirnya sampai juga di rumah, di depan sudah ada dua adikku yang masih ingusan. Adikku masih bersekolah di SD Suka Maju. Namaya Soleh dan yang perempuan namaya Tumini. Aku pun masuk rumah dan bergegas berganti pakaian. Woow wanita perkasa dan pekerja keras sedang mencuci pakaian di sumur samping, itu adalah emakku tersayang yang menjadi super mam. Segera aku bergegas membantu emakku karena semua pakaian sudah memanggil manggil namaku. Ya memang semua itu pakaian dari tetangga-tetanggaku yang minta dicucikan oleh emakku.

Sejak kematian bapakku kira-kira 6 bulan 2 hari, ibuku menjadi single parents. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, emakku bekerja sebagai buruh cuci di kampungku. Bapakku meninggal ketika bapakku sedang bekerja mengangkat batu kali di kampung sebelah. Semula Bapak berjalan baik-bak saja. Namun apa yang terjadi? Bapakku terpeleset dan batu-batu yang diangkatnya jatuh satu per satu, salah satunya jatuh tepat menimpa kepala Bapakku. “Darah, darah, darah” teriak Pak Jasmine salah satu teman kerja Bapakku. Kami semua terkejut mendengar teriakan Pak Jasmine termasuk juga aku. Dengan rasa tanya yang memunuhi kepalaku aku pun bergegas menemui pak Jasmine dan menanyakan apa yang sedang terjadi. “Darah apa pak Jasmine?” Tanyaku. “Darah kepalanya Bapakmu dari tadi keluar tak berhenti-henti” jawab Pak Jasmine yang terbata-bata karena terengah-engah mancari pertolongan kepada siapa saja yang ditemuinya. “Pak Jasmine bercanda kan? Karena saya lihat bapak baik-baik saja” jawab ku sambil mengelaknya. “ Betul ya Tarjo aku tidak bohong, ayo ikut! Aku tunjukan Bapakmu” jawab Pak Jasmine. Kami semua mengikuti Pak Jasmine, dan ternyata benar. Itu bapakku terbujur kaku dan darah yang masih mengalir dari kepalanya. Selama perjalan ke rumah sakit, Isak tangis keluar dari kedua air mataku layaknya rob di kota-kota besar seperti kota Semarang dan kota Jakarta. Sesampai disana, Bapakku di masukan ke ruang ICU. Aku menunggu di luar ruang ICU. Sampai Dokter keluar dan berkata “Saya telah berusaha semaksimal mungkin tapi apalah daya Bapakmu telah diambil oleh Tuhan Yang Maha Esa”. “Tak mungkin bapakku meninggal” teriak histerisku.

Jenazah bapakku di antar ke rumah kami. Di rumah emakku pingsan dan terus menerus menangis tak rela melepaskan kepergian bapakku. Begitu juga dengan Soleh dan Tumini yang mencoba untuk membangunkan bapakku. “Pak, Pak, Pak bangun Pak!” seru Soleh dan Tumini. Dengan pelukan kasih sayang emakku menjelaskan pada kedua adikku bahwa bapak tidak akan bangun dan akan ngaji di sisi Allah Swt . Walaupun dijelaskan begitu, kedua adikku tetap tidak tahu apa yang sedang tejadi. Jenazah bapakku di makamkan dengan roda empat manual yang tediri dari 4 orang-orang tetanggaku yang memanggul keranda. Dengan diiringi tetangga-tetangga sekitar yang melayat, berjalanlah keranda kuburan itu dan lafad lailah hailallah di kumandangkan di sepanjang jalan menuju ke peristirahatan terakhir. Bapakku di masukkan ke liang kubur dan tanah-tanah galian di masukan ke liang kubur sedikit demi sedikit sampai semua tertutup tanah. Sehingga semuanya rata dengan tanah, hanya bunga-bunga yang ada di atasnya. Bunga kamboja, mawar, dan kendi air minum serta papan betuliskan nama bapakku Sulkan bin Iksan menghiasi kuburnya.

Tiga bulan sudah bapakku meniggalkan kami sekeluarga. Dan 3 bulan lagi aku harus ujian nasional di SMA Bangun Negeri 07 begitu juga SMA lainnya di Indonesia. Banyak yang harus aku persiapkan, seperti, siap pada materi yang akan diuji kan, siap kesehatan, karena gak enak juga kan jika ujian tapi tubuh kita sakit? Nanti malah nilai kita yang jadi taruhannya. Dan yang terakhir siap dalam keuangan. Untuk masalah keuangan aku masih meraba-meraba bukan untuk mengenali uang palsu atau tidak seperti 3D dilihat, diraba, dan diterawang. Meraba rabanya apa bisa mencari uang yang begitu banyak kalau hanya lewat cuci pakaian di tetangga. Hasilnya hanya bisa untuk makan sehari-hari saja. Sedangkan untuk kelulusan membutuhkan uang kira-kira Rp 1.000.000/ lebih. Setiap malam aku memikirkan hal ini sampai akhirnya aku mempunyai usul untuk menawarkan jasa bersih-bersih rumah. Setiap harinya aku dan emakku akan bersih-bersih rumah.

Pagi ini hari minggu, di pagi yang cerah ini aku dan emakku menawarkan jasa ke kota sesuai dengan ide yang aku pikirkan tadi malam. Kami terus berjalan dari rumah satu ke rumah yang lain tapi belum satu pun rumah yang menerima kami. Kami terus berjalan sambil menawarkan jasa, sementara itu hari kian terik, semakin panas. Sementara itu, kaki dan kepala kami semakin berat untuk digerakan. Capek berjalan terus dan jauh sedangkan Soleh dan Tumini di rumah belum makan. Tiba-tiba di hadapan kami ada sebuah ruamah begitu besar dengan cat putih pada dinding temboknya serta warna biru pada pagar besi yang memagari rumah mewah itu bak istana negeri dongeng. Dalam hati kami ragu-ragu tapi berharap semoga rumah yang bak istana ini membutuhkan tenaga bersih-bersih rumah seperti kami saat ini. Saat tiba di pagar rumahnya, tiba-tiba terdengar suara “Maaf anda siapa dan kesini mau mencari siapa?” kelihatannya suara itu seperti suara perempuan yang sudah paruh baya. “Kami mencari pemilik rumah” jawabku. “Iya saya sendiri pemilik rumah ini ada keperluan apa?” jawab pemik rumah tersebut. “Begini Nyonya, Saya dan Emak Saya kesini mau menawarkan jasa bersih-bersih rumah seperti mengepel rumah, menyapu, mencuci pakaian dan semua apa saja yang berhubungan dengan pembersihan rumah saya juga bisa masak Nyonya” terang aku dan emakku pada pemilik rumah itu. “Gimana nyonya bersedia?” Tanyaku kepada pemilik rumah itu. “Sebentar ya saya pikir-pikir dulu tawaran dari kalian” pikir nyonya tersebut. Sekilas nyonya tersebut bertanya kami “Apakah kalian berdua dapat dipercaya dalam segala hal?”. “Ya kami berusaha untuk menjadi yang terbaik, soal dapat dipercaya semua kembali pada anda” jawabku. Dan tanpa pikir panjang nyonya tersebut menerima kami berdua, kami di suruh berangkat jam 06.00 pagi harus sudah tiba sampai disini. Hati kami senang sekali karena kami pulang dengan kabar bahagia sehingga tidak mengecewakan Soleh dan Tumini yang ada di rumah.

Tepat hari ini aku bekerja dengan semangat yang menggebu-gebu aku dan emakku datang ke rumah nyonya yang kemarin. Memang jaraknya begitu jauh dengan rumah maka aku dan emakku harus berangkat lebih pagi ketika semua orang sedang tertidur nyenyak, aku dan emakku sudah mulai perjalanan dengan berlari terus menerus dan tanpa henti. Akhirnya kami berdua tiba di tempat nyonya yang memberikan pekerjaan. Kami berangkat dengan nafas yang yang terengah-engah serta keringat yang keluar dari tubuh kami. Kami tiba tepat pukul 06.00 pagi tanpa lebih satu menit pun. Belum sempat untuk memencet bel rumah. Woow gerbangnya terbuka sendiri, seperti istana saja rumah ini. Kami disuruh masuk kerumah itu, dan dipersilahkan duduk di sofa putih yang empuk ini yang hanya terisi kapas saja. Tek tek tek bunyi sepatu dari nyonya pemilik rumah. Terlihatlah wanita berambut putih dan mengenakan kacamata. Kacamata tebal serta tongkat yang membawanya kemana-kemana ia pergi. “Silahkan duduk kembali maaf rumah saya kotor, perkenalkan nama saya ibu Sophie Nur Lita tapi kalian cukup memanggil saya ibu sophie saja. Sesuai tawaran anda kemarin, sekarang anda bersihkan halaman depan belakang dan pel semua lantai rumah dari lantai 1 sampai lantai 4” terangnya kemudian dia pergi ke halaman belakang tepatnya di ayunan taman.

Betapa kagetnya hatiku ini melihat halaman belakang ibu sophie pohon-pohon semak tinggi menjulang tanpa terawat menutupi bunga mawar merah yang indah. Selain itu daun-daun mangga yang berjatuhan yang tak pernah di sapu saja berabad-abad. Satu persatu aku besihkan halaman daun daun yang ada dibawah pohon aku sapu dan aku buang ke bak sampah sampai-sampai tangan dan punggungku seakan-akan mau lepas dari tubuhku ini dan tereng indah bukan sekarang ini halamannya . Sementara emakku menyapu dan mengepel lantai dari lantai 1 sampai lantai 4 bayang capek bukan?. Setelah semua selesai kami pun mau ijin pulang ke bu Sophie yang berada di ayunan halaman belakang. “Maaf bu, ganggu bu Sophie semua pekerjaan sudah selesai bolehkah kami pulang ke rumah kami?” tanya emakku “ Tentu saja emak dan tarjo kalian boleh pulang tapi tunggu dulu ini ada sedikit makanan boleh dibawa pulang oleh kalian”. Jawab Bu Sophie. “ maaf ya bu besok tarjo tidak bisa kesini pagi karena harus sekolah dan sebentar lagi ujian kalau boleh bu tarjo bekerja di sini sesudah pulang sekolah” pinta emakku kepada bu Sophie. “Apa..?” Kagetnya. “ Tentu saja boleh to emak kalau Tarjo lulus sayakan juga ikut senang ibu. Soal biaya ujian biar saya yang bayar gimana mak mau?” tanya bu Sophie. “Terima kasih banyak bu Sophie semoga amal baik diterima oleh Allah S.W.T” Ungkap emakku sambil menyimpun kedua tangan bu Sophie yang tampak keriput. Dan kami pun pulang ke rumah kami dengan perasan senang. Oleh-oleh dari rumah Bu Sophie kami berikan pada Soleh dan Tumini yang sudah menunggu kami di rumah. Dan kini hidup kami bisa menjadi lebih baik karena bekeja di runah bu Sophie dan begitu juga sampai ujian ku tiba.

Ujian nasional tiba . aku, Edi, dan Adi satu ruang ujian nasional. Hati kami dag dig dug bertanya tanya apakah kami bertiga dan semua satu ruangkku dapat lulus ujian dengan nilai yang baik dan dapat mengerjakan soalnya. Kertas ujian pun di bagikan leh pengawas ujian SMA. Dengan semangat kekuatanku dan doa emakku serta adikku dan satu lagi dukungan dari bu Sophie aku mengerjakan soal ujian tersebut. Tak tik tak tik bunyi jam di kelas dan ding dong bunyi bel ujian berakhir untung aku bisa menyelesaikannya walaupun soalnya agak susah sich kaena hampir semuanya merupakan isi. Dan aku berusaha untuk mengerjakan sendiri semua itu lakukan sampai hari ujian terakhir. Akhirnya hari ujian selesai dan kini tinggal menunggu nilai ujian nasional kira-kira 2 bulan lagi di umumkan hari hari menjelang pengumumanku jadi tak menentu yang makin hari makin tegang saja dan membuat kerjaku di bu Sophie menjadi kacau balau rusak berantakan dan tak berbekas untung bu Sophie orangnya sabar sampai akhirnya aku di ceritakan kehidupan Bu Sophie dari muda sampai tua yang masih terngiang ngiang dalam benakku koko jadi seperti itu. Sudah 5 tahun terakhir bu Sophie tidak bertemu dengan anak-anaknya mereka sibuk mengurusi bisnisnya masing-masing anakbu sophie 2 yang pertama bekerja di Amerika Serikat bekerja di perusahan asuransi jiwa dan yang kedua bekerja di Inggris sebagai pemilik butik ternama di negara putri Elizabet. Memang semua tidak melupakan bu Sophie sepenuhnya coba dech kalian pikir di usia serentan bu Sophie 60 tahun tidak ada anak yang menengoknya di Indonesia mereka hanya memberi uang yang berjuta-juta tapi tak satupun yang menanyakan kabar bu Sophie itu sendiri. Dengan adanya emakku dan aku dapat mengobati rasa kangen bu Sophie kepada anak-anaknya dan membuat rasa kesepian dikit demi sedikit hilang di hapus ke bahagian yang menyelimutinya. Selain emakku ibu Sophie juga menjadi sumber inspirasiku untuk menjadi orang yang tabah dan tidak mengeluh pada hidupku ini.

Hasil ujian tiba. Hasil ujian tepat dibagikan hari ini tepat jam 10 pagi. Emakku yang baru datang bergegas menuju ruang kelasku. Plok plok bunyi sandal emakku memasuki kelasku. Sementara itu di ruang kelasku sudah ada wali kelasku Pak Lehman yang terlihat sangar dan killer. Sutarjo namaku di panggil oleh Pak Lehman. Emakku pun datang menyampirinya. In buk hasil,dari sutarjo selama ini. “Maaf sebelumnya selama ini saya sudah mendidik tarjo dengan keras tapi apalah daya bu” Ungkap Pak Lehman. “tarjo tidak lulus ya pak?” tanya emakku. “Selamat bu Tarjo lulus dari SMA ini dan menjadi siswa yang mendapat nilai terbaik di SMA Bangun Negeri 07 dengan nilai rata-rata 98.

Setelah kelulusanku aku pun masih bekerja di rumah bu Sophie sebagai balas budi atas kebaikannya selama ini. 2 bulan berlalu seperti biasanya aku bekerja bersih-bersih rumah namun pada akhir-akhir bulan ini bu Sopie sering sakit-sakitan dan sering keluar masuk rumah sakit tapi tak satu pun anaknya mengetahui hal itu. Dan sampai akhirnya bu sophie meninggal dan kedua anaknya pun tidak tahu kematian ibunya karena keduanya asik sendiri dengan urusan bisnis mereka. Sungguh aku dan emakku merasa kasihan atas kematian Bu Sophie yang ak terjamah oleh buah hatinya sama sekali.

Setelah kematian bu Sophie aku pun harus mencari kerja di luar ini karena emakku yang makin lama daya tahan tubuhnya makin berkurang dan aku tak mau kalau emakku sakit-sakitan karena masih ada kedua adikku yang masih kecil yang membutuhkan kasih sayangnya. Akupun bergegas mencari pekerjaan. Langkah pertama yang ku lakukan yaitu membeli koran di terminal bus yang menjajakan iklan lowongan pekerjaan. Langkah kedua aku pun mencoba melamar pekerjaan yang ada di lowongan pekerjaan yang dijajakan di koranku ini. Dan begitu langkah-langkah berikutnya. Aku terus melamar pekerjaan yang ada di koranku ini tapi apalah daya hampir semua persahaan menolakku. Kini hanya tertinggal satu lowongan kerja yang belum aku coba, dengan hati harap-harap cemas pengharapan aku memasukan lamaran pekerjaan di perusahaan itu. Tahukah kamu? Aku diterima perusahaan itu sebagai tenaga gudang di perusahaan ternama itu. Sungguh sengangnya hatiku karena usahaku tidak sia-sia begitu saja.

Selama aku bekerja di perusahaan ini baik-baik saja tanpa ada salah sedikit pun atau cacat di pekerjaanku. Namun akhir-akhir ini semua keadan terbalik 180. ya setelah Adi menjadi kepala staff gudang sedikit demi sedikit tapi pasti semua barang-barang yang disimpan dalam gudang hilang. Adi hanya memberikan laporan tertulis saja tapi tidak ada barang yang di laporkan. Semua orang menuduhku karena aku sering memindahkan barang-barang tersebut ke gudang. Dimalam yang gelap dan sepi bintang dilangit sesepi gudang di perusahaan Adi mengambil barang-barang perusahaan seperti kipas angin, televisi dan AC diambil. Esok harinya peristiwa ini menjadi berita utama yang mengemparkan di perusahaanku. Hampir semua orang menuduh aku yang mencurinya. Hanya Adi saja yang tidak menuduhku melakukan hal itu Adi temanku SMA yang selalu membelaku. Tapi apalah daya aku diberi surat peringatan pertama. Kejadian pencurian ini berlangsung terus menerus sampai sebulan berturut-turut. Setiap terjadi pencurian aku terus menjadi kambing hitam mereka lama kelamaan semua membenciku dan akhirnya aku dipecat tanpa hormat dan tentunya tanpa pesangon. Seminggu setelah kejadian itu pak Iskak satpam perusahaan melaporkan kejadian apa yang dialihat kepada direktur utama begini Pak “Waktu itu saya berjaga malam dan saya lihat dengan mata kepala saya sendiri pak Adi membuka kunci gudang dan mengambil kipas angin, televisi dan AC kemudiaan saya mengikutinya kemana barang curian itu disimpan tapi, sialnya saya saya ketawan pok pok pok kami semua berkelahi tapi apesnya saya pok saya di pukul besi dengan rekannya yang saya tahu temannya yang bernama Edi preman pasar kampungnya., saya di sekap dan untungnya sekarang saya bisa bebas” Jelas pak Ikak. Pak frans selaku direktur utama kaget mendengar laporan pak Iskak dan tanpa pikir panjang pak frans melaporkannya ke kepolisian setempat dan benar saja Adi dan Edi digerek oleh polisi dan mereka di jebloskan ke penjara dengan barang bukti yang selama ini mereka curi dari perusahaan berupa kipas angin, televisi dan AC. Pak Frans pun pergi ke rumah tarjo dan meminta maaf serta memberikan pesangon kerja. Tapi tarjo menolak pesangon kerja dan memaafkan kepada pak Frans.

Lembaran baru untukku teman yang selama ini aku banggakan ternyata menusuk dari belakang. Kini aku mencari pekerjaan baru yang entah kemana akan aku dapatkan. Ku berjalan terus sampai aku menemukan sebuah tulisan lowongan kerja. Tidak ada salahan kalau aku mencobanya. Ku memasuki tes yang sudah antrian panjang ini bukan antrian BLT tapi ini antrian lawongan kerja. Dari beratus-ratus orang sampai terseleksi 4 orang.

Hari ini hari terakhir seleksi aku dapat undian nomor 4. dan penguji itu memberikan kepada kami semua sebuah pertanyaan. “Setahu Anda, apa yang bergerak paling cepat?”

Kandidat I menjawab, “PIKIRAN.

Dia muncul secara tiba-tiba tanpa peringatan dan tanpa ancang-ancang setahu saya itu yang paling bergerak cepat”. “Jawaban yang sangat bagus”, kata penguji kemudian si penguji beralih ke kandidat II. Apa jawaban anda?

Kandidat II menjawab “Hm….KEJAPAN MATA!. Datangnya tidak bisa diperkirakan, dan tanpa kita sadari mata kita sudah berkejap. Kejapan mata adalah adalah yang bergerak paling cepat kalau menurut saya”. “Bagus sekali! Dan memang ada ungkapan sekejap mata yang menggambarkan betapa cepatnya sesuatu terjadi”.

Si manager berpaling ke kandidat III, yang kelihatan berpikir keras.

“NYALA LAMPU adalah yang tercepat yang saya ketahui”, jawabnya, “Saya sering menyalakan saklar di dalam rumah dan lampu yang di taman depan langsung saat itu juga menyala” Si manager terkesan dengan jawaban kandidat III. “Memang sulit mengalahkan kecepatan cahaya”, pujinya. Dilirik oleh sang manager,

Kandidat IV yang tak lain adalah saya menjawab, “Sudah jelas bahwa yang paling cepat itu adalah DIARE”

“APA???!!!”, seru sang manager yang terkaget-kaget dengan jawaban yang takterduga itu.

“Oh saya bisa menjelaskannya”, kata saya.

“Dua hari lalu kan perut saya mendadak mules sekali.
Cepat-cepat saya berlari ke toilet. Tapi
sebelum saya sempat BERPIKIR, MENGEJAPKAN MATA atau MENYALAKAN LAMPU, saya sudah berak di celana”

Tentu saja saya yang diterima. Tahukah kamu aku di terima di tempat kerjaku yang baru. Aku bekerja di stasiun radio musik terkenal di kotaku. Aku terpilih mengisi program baru yaitu sesi curhat di radio. Program yang aku bawa menjadi populer dan mendapat rating tinggi. Semua karena aku membawakan program curhat dengan membagi pengalamanku selama hidupku.

“Terima kasih emak, engkaulah sumber inspirasiku. Aku bersyukur, memiliki emak yang tangguh dan perkasa. Terima kasih ya Allah, Engkau menganugerahi aku dengan cinta dan kasih sayang yang tulus seorang emak.” “Okey guys, bersyukur lah dengan hidup yang telah kamu miliki. Karena yang kamu miliki adalah anugerah dari Tuhan” itulah pesan dari Joe Frick.

cerpen

PERJALANAN JOE DAN DOA EMAK

by: Adynda

Panas terik matahari begitu menyengat kulit tubuhku tak terkecuali kulit rambutku yang semakin lama semakin panas dan membuat kepalaku tampak berkilauan bak berlian dari Swedia. Ya begitulah rambutku yang botak hanya tersisa rambut depannya saja ya boleh dibilang seperti rambut kuncung begitu. Aku baru memangkas rambutku kira-kira seminggu yang lalu. Tak perlu salon mahal atupun salon ternama cukup emakku saja yang memotong rambut kepalaku dengan alat seadanya. Krek-krek rambutku dipotong dengan cepat dan tangkas layaknya Paryati seorang pemilik salon ternama didesaku. Sekejap tanpa sekedipan mata jadilah potongan rambut yang ok seperti rambutku ini. Perkenalkan namaku Sutarjo, tapi teman-teman bermainku, aku suruh mereka memanggil Joe supaya lebih keren dan lebih gaul seperti orang metropolis.

Sekarang ini aku dan kedua teman-temanku baru pulang dari sekolah, kedua temanku itu namaya Tedi Alamsyah atau yang lebih sering dipanggil Edi dan Riyadi Santoso alias Adi. Kami semua berjalan kaki tak satu pun dari kami yang naik angkutan umum. Walaupun begitu, kami semua tidak merasa capek meski bisa dikatakan jarak antara sekolah dan rumah kami jauh. Kami semua menikmati perjalanan kami karena semua senang sambil bercanda. Kami satu SMA di SMA Bangun Negeri 07. Satu per satu dari kami tiba di rumah masing-masing. Adi tiba di rumahnya, dengan cat warna hijau pada temboknya rumah Adi tampak asri. Begitu juga dengan Edi yang sebentar lagi akan sampai di rumahnya. Cat pagar warna merah sudah terlihat berarti Edi sudah sampai di rumahnya. Rumah Edi temboknya bercat putih dan warna merah memoles pagar besi rumah Edi yang menjulang tinggi ke atas kira-kira 2 meter.

Kini tinggal aku yang berjalan sendiri, memang dari kedua temanku hanya rumahku yang terjauh, kira-kira 2 km lagi aku baru sampai di rumahku. Terlihat rumahku di pojok sana, kecil, beratapkan papan, berdidingkan gedeg dan beralaskan tanah. Namun banyak cinta kasih sayah di dalamnya. Akhirnya sampai juga di rumah, di depan sudah ada dua adikku yang masih ingusan. Adikku masih bersekolah di SD Suka Maju. Namaya Soleh dan yang perempuan namaya Tumini. Aku pun masuk rumah dan bergegas berganti pakaian. Woow wanita perkasa dan pekerja keras sedang mencuci pakaian di sumur samping, itu adalah emakku tersayang yang menjadi super mam. Segera aku bergegas membantu emakku karena semua pakaian sudah memanggil manggil namaku. Ya memang semua itu pakaian dari tetangga-tetanggaku yang minta dicucikan oleh emakku.

Sejak kematian bapakku kira-kira 6 bulan 2 hari, ibuku menjadi single parents. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, emakku bekerja sebagai buruh cuci di kampungku. Bapakku meninggal ketika bapakku sedang bekerja mengangkat batu kali di kampung sebelah. Semula Bapak berjalan baik-bak saja. Namun apa yang terjadi? Bapakku terpeleset dan batu-batu yang diangkatnya jatuh satu per satu, salah satunya jatuh tepat menimpa kepala Bapakku. “Darah, darah, darah” teriak Pak Jasmine salah satu teman kerja Bapakku. Kami semua terkejut mendengar teriakan Pak Jasmine termasuk juga aku. Dengan rasa tanya yang memunuhi kepalaku aku pun bergegas menemui pak Jasmine dan menanyakan apa yang sedang terjadi. “Darah apa pak Jasmine?” Tanyaku. “Darah kepalanya Bapakmu dari tadi keluar tak berhenti-henti” jawab Pak Jasmine yang terbata-bata karena terengah-engah mancari pertolongan kepada siapa saja yang ditemuinya. “Pak Jasmine bercanda kan? Karena saya lihat bapak baik-baik saja” jawab ku sambil mengelaknya. “ Betul ya Tarjo aku tidak bohong, ayo ikut! Aku tunjukan Bapakmu” jawab Pak Jasmine. Kami semua mengikuti Pak Jasmine, dan ternyata benar. Itu bapakku terbujur kaku dan darah yang masih mengalir dari kepalanya. Selama perjalan ke rumah sakit, Isak tangis keluar dari kedua air mataku layaknya rob di kota-kota besar seperti kota Semarang dan kota Jakarta. Sesampai disana, Bapakku di masukan ke ruang ICU. Aku menunggu di luar ruang ICU. Sampai Dokter keluar dan berkata “Saya telah berusaha semaksimal mungkin tapi apalah daya Bapakmu telah diambil oleh Tuhan Yang Maha Esa”. “Tak mungkin bapakku meninggal” teriak histerisku.

Jenazah bapakku di antar ke rumah kami. Di rumah emakku pingsan dan terus menerus menangis tak rela melepaskan kepergian bapakku. Begitu juga dengan Soleh dan Tumini yang mencoba untuk membangunkan bapakku. “Pak, Pak, Pak bangun Pak!” seru Soleh dan Tumini. Dengan pelukan kasih sayang emakku menjelaskan pada kedua adikku bahwa bapak tidak akan bangun dan akan ngaji di sisi Allah Swt . Walaupun dijelaskan begitu, kedua adikku tetap tidak tahu apa yang sedang tejadi. Jenazah bapakku di makamkan dengan roda empat manual yang tediri dari 4 orang-orang tetanggaku yang memanggul keranda. Dengan diiringi tetangga-tetangga sekitar yang melayat, berjalanlah keranda kuburan itu dan lafad lailah hailallah di kumandangkan di sepanjang jalan menuju ke peristirahatan terakhir. Bapakku di masukkan ke liang kubur dan tanah-tanah galian di masukan ke liang kubur sedikit demi sedikit sampai semua tertutup tanah. Sehingga semuanya rata dengan tanah, hanya bunga-bunga yang ada di atasnya. Bunga kamboja, mawar, dan kendi air minum serta papan betuliskan nama bapakku Sulkan bin Iksan menghiasi kuburnya.

Tiga bulan sudah bapakku meniggalkan kami sekeluarga. Dan 3 bulan lagi aku harus ujian nasional di SMA Bangun Negeri 07 begitu juga SMA lainnya di Indonesia. Banyak yang harus aku persiapkan, seperti, siap pada materi yang akan diuji kan, siap kesehatan, karena gak enak juga kan jika ujian tapi tubuh kita sakit? Nanti malah nilai kita yang jadi taruhannya. Dan yang terakhir siap dalam keuangan. Untuk masalah keuangan aku masih meraba-meraba bukan untuk mengenali uang palsu atau tidak seperti 3D dilihat, diraba, dan diterawang. Meraba rabanya apa bisa mencari uang yang begitu banyak kalau hanya lewat cuci pakaian di tetangga. Hasilnya hanya bisa untuk makan sehari-hari saja. Sedangkan untuk kelulusan membutuhkan uang kira-kira Rp 1.000.000/ lebih. Setiap malam aku memikirkan hal ini sampai akhirnya aku mempunyai usul untuk menawarkan jasa bersih-bersih rumah. Setiap harinya aku dan emakku akan bersih-bersih rumah.

Pagi ini hari minggu, di pagi yang cerah ini aku dan emakku menawarkan jasa ke kota sesuai dengan ide yang aku pikirkan tadi malam. Kami terus berjalan dari rumah satu ke rumah yang lain tapi belum satu pun rumah yang menerima kami. Kami terus berjalan sambil menawarkan jasa, sementara itu hari kian terik, semakin panas. Sementara itu, kaki dan kepala kami semakin berat untuk digerakan. Capek berjalan terus dan jauh sedangkan Soleh dan Tumini di rumah belum makan. Tiba-tiba di hadapan kami ada sebuah ruamah begitu besar dengan cat putih pada dinding temboknya serta warna biru pada pagar besi yang memagari rumah mewah itu bak istana negeri dongeng. Dalam hati kami ragu-ragu tapi berharap semoga rumah yang bak istana ini membutuhkan tenaga bersih-bersih rumah seperti kami saat ini. Saat tiba di pagar rumahnya, tiba-tiba terdengar suara “Maaf anda siapa dan kesini mau mencari siapa?” kelihatannya suara itu seperti suara perempuan yang sudah paruh baya. “Kami mencari pemilik rumah” jawabku. “Iya saya sendiri pemilik rumah ini ada keperluan apa?” jawab pemik rumah tersebut. “Begini Nyonya, Saya dan Emak Saya kesini mau menawarkan jasa bersih-bersih rumah seperti mengepel rumah, menyapu, mencuci pakaian dan semua apa saja yang berhubungan dengan pembersihan rumah saya juga bisa masak Nyonya” terang aku dan emakku pada pemilik rumah itu. “Gimana nyonya bersedia?” Tanyaku kepada pemilik rumah itu. “Sebentar ya saya pikir-pikir dulu tawaran dari kalian” pikir nyonya tersebut. Sekilas nyonya tersebut bertanya kami “Apakah kalian berdua dapat dipercaya dalam segala hal?”. “Ya kami berusaha untuk menjadi yang terbaik, soal dapat dipercaya semua kembali pada anda” jawabku. Dan tanpa pikir panjang nyonya tersebut menerima kami berdua, kami di suruh berangkat jam 06.00 pagi harus sudah tiba sampai disini. Hati kami senang sekali karena kami pulang dengan kabar bahagia sehingga tidak mengecewakan Soleh dan Tumini yang ada di rumah.

Tepat hari ini aku bekerja dengan semangat yang menggebu-gebu aku dan emakku datang ke rumah nyonya yang kemarin. Memang jaraknya begitu jauh dengan rumah maka aku dan emakku harus berangkat lebih pagi ketika semua orang sedang tertidur nyenyak, aku dan emakku sudah mulai perjalanan dengan berlari terus menerus dan tanpa henti. Akhirnya kami berdua tiba di tempat nyonya yang memberikan pekerjaan. Kami berangkat dengan nafas yang yang terengah-engah serta keringat yang keluar dari tubuh kami. Kami tiba tepat pukul 06.00 pagi tanpa lebih satu menit pun. Belum sempat untuk memencet bel rumah. Woow gerbangnya terbuka sendiri, seperti istana saja rumah ini. Kami disuruh masuk kerumah itu, dan dipersilahkan duduk di sofa putih yang empuk ini yang hanya terisi kapas saja. Tek tek tek bunyi sepatu dari nyonya pemilik rumah. Terlihatlah wanita berambut putih dan mengenakan kacamata. Kacamata tebal serta tongkat yang membawanya kemana-kemana ia pergi. “Silahkan duduk kembali maaf rumah saya kotor, perkenalkan nama saya ibu Sophie Nur Lita tapi kalian cukup memanggil saya ibu sophie saja. Sesuai tawaran anda kemarin, sekarang anda bersihkan halaman depan belakang dan pel semua lantai rumah dari lantai 1 sampai lantai 4” terangnya kemudian dia pergi ke halaman belakang tepatnya di ayunan taman.

Betapa kagetnya hatiku ini melihat halaman belakang ibu sophie pohon-pohon semak tinggi menjulang tanpa terawat menutupi bunga mawar merah yang indah. Selain itu daun-daun mangga yang berjatuhan yang tak pernah di sapu saja berabad-abad. Satu persatu aku besihkan halaman daun daun yang ada dibawah pohon aku sapu dan aku buang ke bak sampah sampai-sampai tangan dan punggungku seakan-akan mau lepas dari tubuhku ini dan tereng indah bukan sekarang ini halamannya . Sementara emakku menyapu dan mengepel lantai dari lantai 1 sampai lantai 4 bayang capek bukan?. Setelah semua selesai kami pun mau ijin pulang ke bu Sophie yang berada di ayunan halaman belakang. “Maaf bu, ganggu bu Sophie semua pekerjaan sudah selesai bolehkah kami pulang ke rumah kami?” tanya emakku “ Tentu saja emak dan tarjo kalian boleh pulang tapi tunggu dulu ini ada sedikit makanan boleh dibawa pulang oleh kalian”. Jawab Bu Sophie. “ maaf ya bu besok tarjo tidak bisa kesini pagi karena harus sekolah dan sebentar lagi ujian kalau boleh bu tarjo bekerja di sini sesudah pulang sekolah” pinta emakku kepada bu Sophie. “Apa..?” Kagetnya. “ Tentu saja boleh to emak kalau Tarjo lulus sayakan juga ikut senang ibu. Soal biaya ujian biar saya yang bayar gimana mak mau?” tanya bu Sophie. “Terima kasih banyak bu Sophie semoga amal baik diterima oleh Allah S.W.T” Ungkap emakku sambil menyimpun kedua tangan bu Sophie yang tampak keriput. Dan kami pun pulang ke rumah kami dengan perasan senang. Oleh-oleh dari rumah Bu Sophie kami berikan pada Soleh dan Tumini yang sudah menunggu kami di rumah. Dan kini hidup kami bisa menjadi lebih baik karena bekeja di runah bu Sophie dan begitu juga sampai ujian ku tiba.

Ujian nasional tiba . aku, Edi, dan Adi satu ruang ujian nasional. Hati kami dag dig dug bertanya tanya apakah kami bertiga dan semua satu ruangkku dapat lulus ujian dengan nilai yang baik dan dapat mengerjakan soalnya. Kertas ujian pun di bagikan leh pengawas ujian SMA. Dengan semangat kekuatanku dan doa emakku serta adikku dan satu lagi dukungan dari bu Sophie aku mengerjakan soal ujian tersebut. Tak tik tak tik bunyi jam di kelas dan ding dong bunyi bel ujian berakhir untung aku bisa menyelesaikannya walaupun soalnya agak susah sich kaena hampir semuanya merupakan isi. Dan aku berusaha untuk mengerjakan sendiri semua itu lakukan sampai hari ujian terakhir. Akhirnya hari ujian selesai dan kini tinggal menunggu nilai ujian nasional kira-kira 2 bulan lagi di umumkan hari hari menjelang pengumumanku jadi tak menentu yang makin hari makin tegang saja dan membuat kerjaku di bu Sophie menjadi kacau balau rusak berantakan dan tak berbekas untung bu Sophie orangnya sabar sampai akhirnya aku di ceritakan kehidupan Bu Sophie dari muda sampai tua yang masih terngiang ngiang dalam benakku koko jadi seperti itu. Sudah 5 tahun terakhir bu Sophie tidak bertemu dengan anak-anaknya mereka sibuk mengurusi bisnisnya masing-masing anakbu sophie 2 yang pertama bekerja di Amerika Serikat bekerja di perusahan asuransi jiwa dan yang kedua bekerja di Inggris sebagai pemilik butik ternama di negara putri Elizabet. Memang semua tidak melupakan bu Sophie sepenuhnya coba dech kalian pikir di usia serentan bu Sophie 60 tahun tidak ada anak yang menengoknya di Indonesia mereka hanya memberi uang yang berjuta-juta tapi tak satupun yang menanyakan kabar bu Sophie itu sendiri. Dengan adanya emakku dan aku dapat mengobati rasa kangen bu Sophie kepada anak-anaknya dan membuat rasa kesepian dikit demi sedikit hilang di hapus ke bahagian yang menyelimutinya. Selain emakku ibu Sophie juga menjadi sumber inspirasiku untuk menjadi orang yang tabah dan tidak mengeluh pada hidupku ini.

Hasil ujian tiba. Hasil ujian tepat dibagikan hari ini tepat jam 10 pagi. Emakku yang baru datang bergegas menuju ruang kelasku. Plok plok bunyi sandal emakku memasuki kelasku. Sementara itu di ruang kelasku sudah ada wali kelasku Pak Lehman yang terlihat sangar dan killer. Sutarjo namaku di panggil oleh Pak Lehman. Emakku pun datang menyampirinya. In buk hasil,dari sutarjo selama ini. “Maaf sebelumnya selama ini saya sudah mendidik tarjo dengan keras tapi apalah daya bu” Ungkap Pak Lehman. “tarjo tidak lulus ya pak?” tanya emakku. “Selamat bu Tarjo lulus dari SMA ini dan menjadi siswa yang mendapat nilai terbaik di SMA Bangun Negeri 07 dengan nilai rata-rata 98.

Setelah kelulusanku aku pun masih bekerja di rumah bu Sophie sebagai balas budi atas kebaikannya selama ini. 2 bulan berlalu seperti biasanya aku bekerja bersih-bersih rumah namun pada akhir-akhir bulan ini bu Sopie sering sakit-sakitan dan sering keluar masuk rumah sakit tapi tak satu pun anaknya mengetahui hal itu. Dan sampai akhirnya bu sophie meninggal dan kedua anaknya pun tidak tahu kematian ibunya karena keduanya asik sendiri dengan urusan bisnis mereka. Sungguh aku dan emakku merasa kasihan atas kematian Bu Sophie yang ak terjamah oleh buah hatinya sama sekali.

Setelah kematian bu Sophie aku pun harus mencari kerja di luar ini karena emakku yang makin lama daya tahan tubuhnya makin berkurang dan aku tak mau kalau emakku sakit-sakitan karena masih ada kedua adikku yang masih kecil yang membutuhkan kasih sayangnya. Akupun bergegas mencari pekerjaan. Langkah pertama yang ku lakukan yaitu membeli koran di terminal bus yang menjajakan iklan lowongan pekerjaan. Langkah kedua aku pun mencoba melamar pekerjaan yang ada di lowongan pekerjaan yang dijajakan di koranku ini. Dan begitu langkah-langkah berikutnya. Aku terus melamar pekerjaan yang ada di koranku ini tapi apalah daya hampir semua persahaan menolakku. Kini hanya tertinggal satu lowongan kerja yang belum aku coba, dengan hati harap-harap cemas pengharapan aku memasukan lamaran pekerjaan di perusahaan itu. Tahukah kamu? Aku diterima perusahaan itu sebagai tenaga gudang di perusahaan ternama itu. Sungguh sengangnya hatiku karena usahaku tidak sia-sia begitu saja.

Selama aku bekerja di perusahaan ini baik-baik saja tanpa ada salah sedikit pun atau cacat di pekerjaanku. Namun akhir-akhir ini semua keadan terbalik 180. ya setelah Adi menjadi kepala staff gudang sedikit demi sedikit tapi pasti semua barang-barang yang disimpan dalam gudang hilang. Adi hanya memberikan laporan tertulis saja tapi tidak ada barang yang di laporkan. Semua orang menuduhku karena aku sering memindahkan barang-barang tersebut ke gudang. Dimalam yang gelap dan sepi bintang dilangit sesepi gudang di perusahaan Adi mengambil barang-barang perusahaan seperti kipas angin, televisi dan AC diambil. Esok harinya peristiwa ini menjadi berita utama yang mengemparkan di perusahaanku. Hampir semua orang menuduh aku yang mencurinya. Hanya Adi saja yang tidak menuduhku melakukan hal itu Adi temanku SMA yang selalu membelaku. Tapi apalah daya aku diberi surat peringatan pertama. Kejadian pencurian ini berlangsung terus menerus sampai sebulan berturut-turut. Setiap terjadi pencurian aku terus menjadi kambing hitam mereka lama kelamaan semua membenciku dan akhirnya aku dipecat tanpa hormat dan tentunya tanpa pesangon. Seminggu setelah kejadian itu pak Iskak satpam perusahaan melaporkan kejadian apa yang dialihat kepada direktur utama begini Pak “Waktu itu saya berjaga malam dan saya lihat dengan mata kepala saya sendiri pak Adi membuka kunci gudang dan mengambil kipas angin, televisi dan AC kemudiaan saya mengikutinya kemana barang curian itu disimpan tapi, sialnya saya saya ketawan pok pok pok kami semua berkelahi tapi apesnya saya pok saya di pukul besi dengan rekannya yang saya tahu temannya yang bernama Edi preman pasar kampungnya., saya di sekap dan untungnya sekarang saya bisa bebas” Jelas pak Ikak. Pak frans selaku direktur utama kaget mendengar laporan pak Iskak dan tanpa pikir panjang pak frans melaporkannya ke kepolisian setempat dan benar saja Adi dan Edi digerek oleh polisi dan mereka di jebloskan ke penjara dengan barang bukti yang selama ini mereka curi dari perusahaan berupa kipas angin, televisi dan AC. Pak Frans pun pergi ke rumah tarjo dan meminta maaf serta memberikan pesangon kerja. Tapi tarjo menolak pesangon kerja dan memaafkan kepada pak Frans.

Lembaran baru untukku teman yang selama ini aku banggakan ternyata menusuk dari belakang. Kini aku mencari pekerjaan baru yang entah kemana akan aku dapatkan. Ku berjalan terus sampai aku menemukan sebuah tulisan lowongan kerja. Tidak ada salahan kalau aku mencobanya. Ku memasuki tes yang sudah antrian panjang ini bukan antrian BLT tapi ini antrian lawongan kerja. Dari beratus-ratus orang sampai terseleksi 4 orang.

Hari ini hari terakhir seleksi aku dapat undian nomor 4. dan penguji itu memberikan kepada kami semua sebuah pertanyaan. “Setahu Anda, apa yang bergerak paling cepat?”

Kandidat I menjawab, “PIKIRAN.

Dia muncul secara tiba-tiba tanpa peringatan dan tanpa ancang-ancang setahu saya itu yang paling bergerak cepat”. “Jawaban yang sangat bagus”, kata penguji kemudian si penguji beralih ke kandidat II. Apa jawaban anda?

Kandidat II menjawab “Hm….KEJAPAN MATA!. Datangnya tidak bisa diperkirakan, dan tanpa kita sadari mata kita sudah berkejap. Kejapan mata adalah adalah yang bergerak paling cepat kalau menurut saya”. “Bagus sekali! Dan memang ada ungkapan sekejap mata yang menggambarkan betapa cepatnya sesuatu terjadi”.

Si manager berpaling ke kandidat III, yang kelihatan berpikir keras.

“NYALA LAMPU adalah yang tercepat yang saya ketahui”, jawabnya, “Saya sering menyalakan saklar di dalam rumah dan lampu yang di taman depan langsung saat itu juga menyala” Si manager terkesan dengan jawaban kandidat III. “Memang sulit mengalahkan kecepatan cahaya”, pujinya. Dilirik oleh sang manager,

Kandidat IV yang tak lain adalah saya menjawab, “Sudah jelas bahwa yang paling cepat itu adalah DIARE”

“APA???!!!”, seru sang manager yang terkaget-kaget dengan jawaban yang takterduga itu.

“Oh saya bisa menjelaskannya”, kata saya.

“Dua hari lalu kan perut saya mendadak mules sekali.
Cepat-cepat saya berlari ke toilet. Tapi
sebelum saya sempat BERPIKIR, MENGEJAPKAN MATA atau MENYALAKAN LAMPU, saya sudah berak di celana”

Tentu saja saya yang diterima. Tahukah kamu aku di terima di tempat kerjaku yang baru. Aku bekerja di stasiun radio musik terkenal di kotaku. Aku terpilih mengisi program baru yaitu sesi curhat di radio. Program yang aku bawa menjadi populer dan mendapat rating tinggi. Semua karena aku membawakan program curhat dengan membagi pengalamanku selama hidupku.

“Terima kasih emak, engkaulah sumber inspirasiku. Aku bersyukur, memiliki emak yang tangguh dan perkasa. Terima kasih ya Allah, Engkau menganugerahi aku dengan cinta dan kasih sayang yang tulus seorang emak.” “Okey guys, bersyukur lah dengan hidup yang telah kamu miliki. Karena yang kamu miliki adalah anugerah dari Tuhan” itulah pesan dari Joe Frick.